Nggak tau
awal mula posting ini kenapa, yang jelas bukan karena keingetan “ex” tapi emang
serius malem ini lagi ngerjain tugas resume buku bahasa inggeris bejibun
gilaaaaaaa dan harus dikumpulin selasa besok, dan ini hari sabtu, don’t you
know? It’s Saturday nite guys. And I’m still reading this books and translating
that. Aaaargh >.<
Tapi meskipun
ini hari sabtu juga nggak begitu pengaruh juga, gimana mau pengaruh, tiap
satnite juga biasanya aku ngedekem, ngautis, ngegila di kamar ini. Oh so sad :’(
dan udah tau tiap satnite gini selalu dirumah, eh ditambah tugas lagi
banyak-banyaknya deh buat seminggu ke depan. Eits, quiz juga antri di minggu
depan besok. Oh God D*amn!
Dari tadi
pagi kerjaanku ini mantengin leptop terus buat baca buku, *hebat yee, bukunya
masuk leptop* haha maksudku buku ini tuh buku dalam bentuk softcopy dan
seharian ngadepin leptop terus, serius jereeeng ini mata. Heeeeeeeeleeeep
meeeeh! -____-
Siang
semangat, saking semangatnya sampai aku ketiduran dan moms masuk kamar buat
bangunin aku. Huft. Ternyata pas kebangun aku baru sadar kalau kerjaanku masih
sangat sedikit! *horeeee. Daaaan, karena aku juga mulai bosan membaca dan translate
kalimat dengan tak henti-hentinya minimize maximize kamus portable di leptop,
akhirnya buka foto-foto lama (foto penuh kenangan.red) hahahaha. Bisa nebak
kan? Foto yang penuh kenangan itu foto sama siapaaaaaa? Yeah, you got it *kata
Ancha* jelas itu fotoku sama foto sang “ex” hahaha.
Kalau ditanya
berapa jumlah mantanku? Aku pasti jawab ada 3 orang. Meskipun dibalik itu semua
ada 2 orang lain yang bagiku bisa kusebut sebagai mantan juga. Tapi cuman satu
mantan yang luar biasa unik. Berawal dari persahabatan dan berakhir di rutan
salemba. *apa sih* hahahaha but seriously, I never wanted we were ending the
relationship like yesterday because I felt dying inside.
Well,
sedikit cerita. Mungkin cerita versi ini salah. Tapi juga belum tentu versi dia
atau yang lainnya juga benar. Aku juga nggak mau bilang aku benar dan kalian
salah. Begitupun sebaliknya. Sekedar share juga. Banyaaaaaak hal yang aku dapat
setelah aku kenal sama X ini. Terlalu banyak ungkapan perasaan yang tak
terucapkan namun masih mampu teruntai di tulisanku ini.
Nggak perlu
tanya sesayang apa aku ke dia? Jawabku pasti SAYANG BANGET! *CAPSLOCK ON* tapi
setelah 2 bulan jadian, hal tak terduga terjadi, salah satu hal yang buat aku
galau setengah mati, aku putus. Hmm, sebenarnya aku tau kog, kata PUTUS itu
konsekuensi setiap pasangan yang membina suatu hubungan, tapi nggak tau kenapa,
waktu itu aku ngerasa dunia begitu gelap, mendung dimana-mana dan siap hujan
kapan saja, sedangkan aku nggak siap payung. Emang terdengar sedikit hiperbola,
tapi memang ini kenyataannya.
Oke. Sedikit
serius ya.
Ini cerita
pas masih jadian. Berawal dari lost contact pas H-2 lebaran. Dan pas lebaran. Hey!
Itu lebaran. Hari dimana semua orang saling berkunjung dan silaturahmi. Hari dimana
semua orang bersuka cita dan lihat mataku! menyisakan kepedihan yang mendalam. Dan
lagi-lagi, ibuku yang berhasil menangkap kepedihan dimata itu. Aku masih ingat
apa yang beliau katakan kepadaku, “Ini lho hari kemenangan, harinya orang
bahagia, masa’ iya kamu sedih.” Aku pun bilang, “Aku lho nggak apa-apa bu.” Ibu
pun membalas, “Matamu lho nggak bisa bohong.”
Nggak tau
ini emang nggak jodoh kali yah. HP rusak. Pacar ilang. Aku seteres berat dan
jual HP tanpa kasi kabar ke siapapun kalau HP sudah nggak di tanganku. Dan
tanpa pikir panjang status berpacaran di facebook aku putus. Mungkin sedikit
emosi waktu itu tapi aku selalu berharap sewaktu masuk kuliah, aku bisa ngomongin
ini baik-baik sama dia. Aku tenggelam dalam kesedihanku sendiri, tapi aku tau
dia berusaha cari tau aku dimana. Selang beberapa hari tiba-tiba bapakku bilang
mau beliin HP baru. Serius rasanya aku sedikit terhibur. Dan sewaktu aku buka
HP baru itu, hal buruk terjadi. Bahkan hal paling buruk dalam hidup. Aku cuman bisa
menangis dan hanya menangis.
Bayangkan apa
yang terjadi setelah itu? Aku pengeeeeen banget jabat tangannya, aku pengen
minta maaf, tapi sedikitpun dia nggak sempetin lihat wajahku meskipun itu hanya
sebentar. Membisu adalah kata yang menggambarkan kejadian antara aku sama dia. Aku
benci malam, karena tiap malam aku hanya bisa melihatnya lewat mimpi. Dan aku
benci menangis hingga hingga lelap dan terlelap. Aku benci menjadi lemah. Dan aku
benci menyayanginya.
Aku selalu
percaya pepatah yang bilang “Mati satu tumbuh seribu”. Setelah kejadian itu,
kesedihan dimataku nggak pernah padam. Terlalu gelap mendung dimataku saat itu.
Mungkin saat itu aku jadi seseorang yang sangat menyedihkan. Sangat. Tapi aku
nggak peduli. Aku seperti itu karena hal itu caraku untuk melindungiku. Sehingga
banyak dari mereka yang datang kepadaku. Tapi aku hanya melihat dia. Nggak ada
yang lain.
Berhari-hari.
Berminggu-minggu. Banyak kejadian yang membuatku berpikir. Banyak kejadian yang
menyadarkanku siapa dia. Mungkin bagi beberapa dari mereka bilang dia buruk dan
beruntung aku bisa pisah dari dia. Tapi tidak bagiku. Mungkin sepintas terucap
buruk dibibirku tapi tidak dihatiku. Dalam hitungan hari, dia bebas menggandeng
perempuan lain di depan mataku. Hey! Hati siapa yang nggak hancur melihat itu
semua. Tapi jujur, ada senyum di tangisku. Senyum lihat dia bahagia sama
perempuan lain.
Ternyata kebisuan
itu masih ada. Ego kita terlalu tinggi. Aku susah berkomentar tentang hal ini. Sampai
pada suatu ketika, logika ini membenarkan hati yang mulai nggak beres. Buat apa
sayang sama orang yang sudah teramat sangat menyakiti kita? Egoku mulai
meninggi. Dan rasa ini jadi benci. Sangat benci.
Tipe pemikir
seperti aku ini nggak bakal tinggal diam kalau dirasa masih ada masalah yang
mengganjal. Seperti biasa, aku selalu berpikir. Dan aku lelah menyayangi dan
membenci dia. Aku lelah berpikir tentangnya, tentang benci, apalagi tentang rasa sayang yang aku rasa bullshit.
Ex oh Ex. You're uniquely sadness of me! Thanks for everythings you've give to me. Panda missed you.
sedikit celotehanku di twitter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar