Sabtu, 07 April 2012

Some people called them “Ex-Boyfriend”

Nggak tau awal mula posting ini kenapa, yang jelas bukan karena keingetan “ex” tapi emang serius malem ini lagi ngerjain tugas resume buku bahasa inggeris bejibun gilaaaaaaa dan harus dikumpulin selasa besok, dan ini hari sabtu, don’t you know? It’s Saturday nite guys. And I’m still reading this books and translating that. Aaaargh >.<
Tapi meskipun ini hari sabtu juga nggak begitu pengaruh juga, gimana mau pengaruh, tiap satnite juga biasanya aku ngedekem, ngautis, ngegila di kamar ini. Oh so sad :’( dan udah tau tiap satnite gini selalu dirumah, eh ditambah tugas lagi banyak-banyaknya deh buat seminggu ke depan. Eits, quiz juga antri di minggu depan besok. Oh God D*amn!
Dari tadi pagi kerjaanku ini mantengin leptop terus buat baca buku, *hebat yee, bukunya masuk leptop* haha maksudku buku ini tuh buku dalam bentuk softcopy dan seharian ngadepin leptop terus, serius jereeeng ini mata. Heeeeeeeeleeeep meeeeh! -____-
Siang semangat, saking semangatnya sampai aku ketiduran dan moms masuk kamar buat bangunin aku. Huft. Ternyata pas kebangun aku baru sadar kalau kerjaanku masih sangat sedikit! *horeeee. Daaaan, karena aku juga mulai bosan membaca dan translate kalimat dengan tak henti-hentinya minimize maximize kamus portable di leptop, akhirnya buka foto-foto lama (foto penuh kenangan.red) hahahaha. Bisa nebak kan? Foto yang penuh kenangan itu foto sama siapaaaaaa? Yeah, you got it *kata Ancha* jelas itu fotoku sama foto sang “ex” hahaha.
Kalau ditanya berapa jumlah mantanku? Aku pasti jawab ada 3 orang. Meskipun dibalik itu semua ada 2 orang lain yang bagiku bisa kusebut sebagai mantan juga. Tapi cuman satu mantan yang luar biasa unik. Berawal dari persahabatan dan berakhir di rutan salemba. *apa sih* hahahaha but seriously, I never wanted we were ending the relationship like yesterday because I felt dying inside.
Well, sedikit cerita. Mungkin cerita versi ini salah. Tapi juga belum tentu versi dia atau yang lainnya juga benar. Aku juga nggak mau bilang aku benar dan kalian salah. Begitupun sebaliknya. Sekedar share juga. Banyaaaaaak hal yang aku dapat setelah aku kenal sama X ini. Terlalu banyak ungkapan perasaan yang tak terucapkan namun masih mampu teruntai di tulisanku ini.
Nggak perlu tanya sesayang apa aku ke dia? Jawabku pasti SAYANG BANGET! *CAPSLOCK ON* tapi setelah 2 bulan jadian, hal tak terduga terjadi, salah satu hal yang buat aku galau setengah mati, aku putus. Hmm, sebenarnya aku tau kog, kata PUTUS itu konsekuensi setiap pasangan yang membina suatu hubungan, tapi nggak tau kenapa, waktu itu aku ngerasa dunia begitu gelap, mendung dimana-mana dan siap hujan kapan saja, sedangkan aku nggak siap payung. Emang terdengar sedikit hiperbola, tapi memang ini kenyataannya.

Oke. Sedikit serius ya.
Ini cerita pas masih jadian. Berawal dari lost contact pas H-2 lebaran. Dan pas lebaran. Hey! Itu lebaran. Hari dimana semua orang saling berkunjung dan silaturahmi. Hari dimana semua orang bersuka cita dan lihat mataku! menyisakan kepedihan yang mendalam. Dan lagi-lagi, ibuku yang berhasil menangkap kepedihan dimata itu. Aku masih ingat apa yang beliau katakan kepadaku, “Ini lho hari kemenangan, harinya orang bahagia, masa’ iya kamu sedih.” Aku pun bilang, “Aku lho nggak apa-apa bu.” Ibu pun membalas, “Matamu lho nggak bisa bohong.”
Nggak tau ini emang nggak jodoh kali yah. HP rusak. Pacar ilang. Aku seteres berat dan jual HP tanpa kasi kabar ke siapapun kalau HP sudah nggak di tanganku. Dan tanpa pikir panjang status berpacaran di facebook aku putus. Mungkin sedikit emosi waktu itu tapi aku selalu berharap sewaktu masuk kuliah, aku bisa ngomongin ini baik-baik sama dia. Aku tenggelam dalam kesedihanku sendiri, tapi aku tau dia berusaha cari tau aku dimana. Selang beberapa hari tiba-tiba bapakku bilang mau beliin HP baru. Serius rasanya aku sedikit terhibur. Dan sewaktu aku buka HP baru itu, hal buruk terjadi. Bahkan hal paling buruk dalam hidup. Aku cuman bisa menangis dan hanya menangis.
Bayangkan apa yang terjadi setelah itu? Aku pengeeeeen banget jabat tangannya, aku pengen minta maaf, tapi sedikitpun dia nggak sempetin lihat wajahku meskipun itu hanya sebentar. Membisu adalah kata yang menggambarkan kejadian antara aku sama dia. Aku benci malam, karena tiap malam aku hanya bisa melihatnya lewat mimpi. Dan aku benci menangis hingga hingga lelap dan terlelap. Aku benci menjadi lemah. Dan aku benci menyayanginya.
Aku selalu percaya pepatah yang bilang “Mati satu tumbuh seribu”. Setelah kejadian itu, kesedihan dimataku nggak pernah padam. Terlalu gelap mendung dimataku saat itu. Mungkin saat itu aku jadi seseorang yang sangat menyedihkan. Sangat. Tapi aku nggak peduli. Aku seperti itu karena hal itu caraku untuk melindungiku. Sehingga banyak dari mereka yang datang kepadaku. Tapi aku hanya melihat dia. Nggak ada yang lain.
Berhari-hari. Berminggu-minggu. Banyak kejadian yang membuatku berpikir. Banyak kejadian yang menyadarkanku siapa dia. Mungkin bagi beberapa dari mereka bilang dia buruk dan beruntung aku bisa pisah dari dia. Tapi tidak bagiku. Mungkin sepintas terucap buruk dibibirku tapi tidak dihatiku. Dalam hitungan hari, dia bebas menggandeng perempuan lain di depan mataku. Hey! Hati siapa yang nggak hancur melihat itu semua. Tapi jujur, ada senyum di tangisku. Senyum lihat dia bahagia sama perempuan lain.
Ternyata kebisuan itu masih ada. Ego kita terlalu tinggi. Aku susah berkomentar tentang hal ini. Sampai pada suatu ketika, logika ini membenarkan hati yang mulai nggak beres. Buat apa sayang sama orang yang sudah teramat sangat menyakiti kita? Egoku mulai meninggi. Dan rasa ini jadi benci. Sangat benci.
Tipe pemikir seperti aku ini nggak bakal tinggal diam kalau dirasa masih ada masalah yang mengganjal. Seperti biasa, aku selalu berpikir. Dan aku lelah menyayangi dan membenci dia. Aku lelah berpikir tentangnya, tentang benci, apalagi  tentang rasa sayang yang aku rasa bullshit.
Ex oh Ex. You're uniquely sadness of me! Thanks for everythings you've give to me. Panda missed you.

sedikit celotehanku di twitter


Tidak ada komentar:

Posting Komentar